TUGAS KELOMPOK PENDIDIKAN (KELOMPOK 5)
Kelompok 5:
BAB I
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
Pendidikan
merupakan hal yang berperan penting dalam kehidupan kita.Pendidikan dikatakan
berlangsung seumur hidup dan itulah yang menuntut kita untuk melalui
pendidikan. Melalui pendidikan ini, kita di tuntun untuk menjalani proses
pembelajaran.
Pembelajaran
adalah pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan
keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.
Masa
middle dan late childhood ( usia 16-12 tahun) disinilah masa pendidikan sekolah
dasar dimulai. Pendidikan sekolah dasar ini merupakan awal sangat penting.
Tingkat ini merupakan tingkat awal yang akan membentuk kita untuk siap masuk
kepada transisi pendidikan selanjutnya. Terdapat dua pendekatan dalam
pembelajaran yaitu Pendekatan Behavioral dan Pendekatan Kognitif Sosial.
1.
Landasan
Teori
A.
Pendekatan
Pembelajaran
Terdapat dua pendekatan untuk
pembelajaran yang kami jadikan landasan teori, yaitu Pendekatan Behavioral dan
Pendekatan Kognitif Sosial. Behaviorisme merupakan pandangan yang menyatakan
bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan
dengan proses mental. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran ini terbagi
menjadi dua, yaitu : Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning) dan
Pengkondisian Operan (Operant Conditioning). Pengkondisian klasik dan operan
menekankan pada pembelajaran asosiatif (associative learning). Pengkondisian
klasik itu sendiri merupakan bentuk pembelajaran asosiatif di mana stimulus netral
diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan memunculkan kemampuan untuk
mengeluarkan respons yang serupa, sedangkan pengkondisian operan merupakan
bentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan
perubahan pada kemungkinan perilaku yang akan diulangi. Hukum efek (law effect)
Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan
diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.
Sedangkan pengkondisian operan, di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan
perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari
behaviorisme Skinner (1938).
Teori Kognitif Sosial
(social cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga
faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran.Faktor kognitif
mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial
mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Proses
pembelajaran yang berkontribusi pada teori kognitif sosial ini merupakan
pembelajaran observasional. Pembelajaran Observasional disebut juga disebut
imitasi atau modelling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang
mengamati dan meniru perilaku orang lain.
B.
Motivasi
Motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah, dan kegigihan perilaku.Artinya, perilaku yang termotivasi
adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Perspektif
psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif
yang berbeda pula, terdapat 4 perspektif, yaitu : Behavioral, humanistis,
kognitif dan sosial.
1. Perspektif
Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan
dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat
menambah minat atau kesenangan pada pelajaran,
dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka
dari perilaku yang tidak tepat.
2. Perspektif
Humanistis
Perspektif Humaniatis menekankan pada
kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib
mereka. Dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini
berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu
harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut
hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan
sebagai berikut
* Fisiologis : lapar, haus, tidur.
*
Keamanan (safety) : bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan
kejahatan.
*
Cinta dan rasa memiliki : keamanan (safety), kasih sayang, dan perhatian
dari orang lain.
* Harga diri : menghargai diri sendiri.
* Aktualisasi diri : realisasi potensi diri.
3. Perspektif
Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi
mereka. Belakangan ini muncul minat
besar pada motivasi menurut perspektif kognitif. Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi
internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang
sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan,
terutama perspesi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat
mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
4. Perspektif
Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan
adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman Ini membutuhkan
pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan
akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk
menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,
keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin
hubungan positif dengan guru.
Bentuk motivasi ada dua yaitu : Motivasi
Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal
untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri), Misalnya,
murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang ada mata pelajaran
yang diujikan itu. Sedangkan Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk
medapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan), motivasi ini sering
juga dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti punishment dan reward.
Carol Dweck dan rekannya (Dweck, 2002.,
Henderson dan Dweck, 1990., Dweck dan Leggett, 1988) telah menemukan bahwa anak
menunjukkan dua respon yang berbeda terhadap tantangan atau situasi yang sulit,
yaitu : orientasi untuk menguasai (mastery orientation), orientasi tak berdaya
(helpless orientation). Anak dengan orientasi untuk menguasai akan fokus pada
tugas ketimbang pada kemampuan mereka, punya sikap positif dan menciptakan
strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan anak
dengan orientasi tak berdaya berfokus pada ketidakmampuan pada personal mereka,
seringkali mereka mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan
menunjukkan sikap negatif (termasuk kejemuan dan kecemasan).
C.
Teori
Vygotsky
Menurut Vygotsky, anak menggunakan
pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu
mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini
menggunakan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku
mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang
terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal
dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu ayng lama sebelum mereka membuat
transisi dari kemampuan bicara eksternal menjadi internal.
Pada dasarnya, teori-teori Vygotsky
didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat
individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan
apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya
perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang
pembantu dan mediator pembelajran siswa.
Menurut teori Vygotsky, Zona
Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potential
development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.Batas bawah dari
ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri.
Scaffoldingialah perubahan tingkat dukungan.Scaffolding
adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk
mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang
lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Vygotsky
memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan.
Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang
sistematis, logis dan rasional.
D.
Perkembangan
pada Anak
Mulai anak umur 6 tahun, anak sudah
matang untuk masuk sekolah. Masa anak sekolah adalah usia 6-12 tahun, pada masa
ini anak memasuki masa belajar didalam dan diluar sekolah.
Banyak aspek perilaku dibentuk
melalui penguatan (reinforcement) verbal
keteladanan dan identifikasi (Ahmadi, 2005: 70):
a. Perkembangan
Intelektual
Anak
sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas
belajar menurut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitifnya.
b. Perkembangan
Bahasa
Usia
SD merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai
pembendaharaan bahasa (Vocabulary).
c. Perkembangan
Sosial
Anak
mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri (egosentris) kepada yang
kooperatif (bekerja sama) atau sosientris (mau memperhatikan kepentingan orang
lain sehingga diterima menjadi anggota kelompok).
d. Emosi
Anak
mulai sadar bahwa pengungkapan kata-kata kasar tidak diterima di
masyarakat.Jadi, dia mulai belajar untuk mengkontrol emosinya dalam bergaul.
e. Moral
Anak
mulai mengenal konsep moral (mengenai benar dan salah atau baik buruk) pertama
kali dalam diri keluarga.
f. Perkembangan
Penghayatan Keagamaan
Usia
SD merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagau kelanjutan dari periode
sebelumnya. Kualitas keagamaan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau
pendidikanyang diterimanya.
g. Perkembangan
Motorik
Perkembangan
motorik anak SD sudah dapat terkoordinasi dengan baik.Hal ini ditandai dengan
kelebihan gerak aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan
amsa ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik. Contohnya:
menggambar, melukir, mengetik(computer), dll (Yusuf,2005:56)
E.
Pendidikan
pada Anak
Psikologi pendidikan anak berbeda-beda
disetiap tahap usia. Psikologi pendidikan anak usia SD tentu saja berbeda
dengan psikologi pendidikan anak usia dini ataupun anak-anak pada jenjang
pendidikan diatas sekolah dasar. Untuk memahami psikologi pendidikan anak usia
sekolah dasar dapat mulai dengan memahami karakteristik anak yang duduk di
jenjang pendidikan dasar ini.
Berikut
ini adalah karakteristik yang umu dimili anak usia SD, yaitu:
a. Senang
bergerak
Berbeda
dengan orang dewasa yang betah duduk berjam-jam, anak anak usia SD lebih senang
bergerak. Anak-anak usia ini dapat duduk dengan tenang maksimal sekitar 30
menit.
b. Senang
bermain
Dunia
anak memang dunia bermain yang penuh kegembiraan, demikian juga dengan
anak-anak usia sekolah dasar, mereka masih sangat senang bermain. Apalagi
anak-anak SD kelas rendah.
c. Senang
melakukan sesuatu secara langsung
Anak-anak
usia SD akan lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan guru jika ia dapat
mempraktikkan sendiri secara langsung pelajaran tersebut.
d. Senang
bekerja dalam kelompok
Pada
usia SD, anak-anak mulai intens bersosialisasi. Pergaulan dengan kelompok
sebaya, akan membuat anak usia SD bias belajar banyak hal, misalnya setia kawa,
bekerja sama, dan bersaing secara sehat.
2.
LAPORAN
OBSERVASI
A.
Alat
dan Bahan
· Buku
Tulis
· Alat
Tulis
· Kamera
· Handphone
B.
Analisa
Data
Data diperoleh secara langsung pada
lembaga pendidikan sekolah yang telah ditentukan pada saat awal penelitian.
Data yang telah diperoleh tersebut akan diolah sesuai dengan teori pembelajran
observasional.
Metode
yang akan kami gunakan untuk memperoleh data ialah sebagai berikut:
a. Observasi
Untuk
mendapat data pada saat penelitian, kami menggunakan metode observasi secara
langsung yaitu dengan mendatangi sekolah Methodist-an Pancur Batu untuk
mengamati kegiatan proses pembelajaran siswa/i kelas 4 dan kelas 5 serta proses
pengajaran gutu SD Methodist-an Pancur Batumulai dari awal proses pembelajaran
disekolah hingga berakhirnya proses pembelajaran. Dan kami berfokus pada
manajemen kelas.
b. Wawancara
Kami
dari setiap perwakilan kelas melakukan pengambilan sampel dengan cara memilih
secara random untuk diwawancara tentang pemahaman mereka atas materi yang
disampaikan oleh gurunya.
C.
Identitas
Sekolah
Nama sekolah : SD Methodist-an Pancur Batu
Alamat sekolah :Jl.Letjen Jamin Ginting No.36,BARU,Kec.PancurBatu, Kab.Deli Serdang Prop. Sumatera Utara.
Uraian Aktivitas
Observasi
Hari
Pelaksanaan : Sabtu,
Waktu
Pelaksanaan : 12.00 – 15.00
Pembagian
Tugas : Setiap anggota mengamati
perilaku siswa dan guru
Objek Observasi
Objek yang menjadi observasi dalam tugas
ini adalah beberapa siswa/I dari kelas 4 dan kelas 5 Sekolah Mehodist-an Pancar
Batu.
BAB II
SISTEMATIS PENELITIAN
2.1
PELAKSANAAN
Sekolah yang menjadi tempat pengambilan data kami adalah Sekolah
SD Mehodist-an Pancar Batu yang bertempat di Jl.
Jamin Ginting, No 36, Pancurbatu, Baru, Deli Serdang, Sumbul, Sinembah Tj. Muda
Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20353. Berikut adalah susunan
pelaksanaan kegiatan kami:
No.
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
1.
|
Permohonan surat izin dari
fakultas
|
11 Maret 2017
|
2.
|
Diskusi pemilihan
objek penelitian (manajemen kelas)
|
11 Maret 2017
|
3.
|
Diskusi perencanaan observasi
|
11 Maret 2017
|
4.
|
Meminta izin dan
memperoleh izin dari Sekolah SD Mehodist-an Pancar Batu
|
12 Maret 2017
|
5.
|
Observasi
|
18 Maret 2017
|
6.
|
Pengolahan data
|
4 April 2017
|
7.
|
Diskusi kelompok
|
7 April 2017
|
8.
|
Posting blog
|
11 April
2017
|
BAB
3
LAPORAN
DAN EVALUASI DATA
3.1
LAPORAN
3.1.1
Sistematika Observasi
Kami melakukan kegiatan observasi pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 di
sekolah SD Methodist-Antiokhia Pancur Batu. Sampel yang akan kami teliti ada 4
kelas dan berasal dari 2 tingkatan yang berbeda. Kelas yang kami obervasi
adalah kelas IV Kaleb, IV Musa, V Musa, dan V Daniel. Para siswa masuk pukul 12.30
WIB, namun mereka tidak langsung memulai pelajaran mereka. Mereka melakukan
ibadah selama setengah jam. Baru pada pukul 13.00 WIB proses belajar mengajar
dimulai. Observasi kami lakukan kurang lebih selama 120 menit. Ditengah-tengah
observasi kami mengambil sampel secara random untuk diwawancara mengenai
pemahamannya atas materi yang diberikan oleh guru mereka.
Berikut adalah hasil observasi dari
masing-masing kelas :
a)
Kelas IV Kaleb
ü Jumlah siswa pada kelas tersebut ada 39 orang
dimana posisi duduk mereka dibagi menjadi 8 kelompok kecil sehingga dalam satu
kelompok kurang lebih berisi 5 anak.
ü Gaya penataan bangku adalah perpaduan antara
klaster dan tatap muka.
ü Sebelum mereka memulai pelajaran tidak lupa
mereka memberi salam kepada guru lalu beribadah. Di sela-sela waktu ibadah,
suasana kelas masih kondusif. Lalu salah seorang siswa maju kedepan untuk
memberikan pertanyaan seputar topik ibadah mereka. Bagi siswa yang bisa
menjawab akan disuruh untuk maju kedepan kelas lalu akan diberikan reward
berupa permen.
ü Metode pengajaran di kelas ini adalah Teacher
Oriented dimana guru yang berpegang
penuh dalam pemberian materi.
ü Proses belajar mengajar dimulai setelah ibadah
selesai. Sebelum guru memberikan materi, guru meminta murid untuk mengumpulkan
tugas yang diberikan minggu lalu.
ü Ditengah-tengah proses belajar mengajar ada
sedikit masalah dimana ada dua siswa yang bertengkar, namun guru tersebut masih
bisa mengendalikan keadaan tersebut.
ü Pada saat guru memberikan materi keadaan kelas
mulai tidak kondusif karena perlahan-lahan anak-anak tersebut fokus pada
kesibukannya masing-masing namun masih dapat dikendalikan oleh guru. Namun saat
sudah ditengah pelajaran para murid sudah mulai bosan sehingga mereka sudah
mulai gelisah dan membuat kebisingan yang membuat guru sedikit bingung untuk
mengendalikan kelas. Akhirnya guru tersebut berinisiatif untuk menyuruh para
murid mengerjakan latihan. Lalu sebelum kelas berakhir, guru mengambil
kesempatan untuk bermain games yang berhubungan dengan mata pelajaran yang
diajarkan agar para murid tidak bosan.
ü Kami mengambil sampel sebanyak 10 orang untuk
diwawancara seputar materi yang diajarkan oleh guru tersebut dan mereka
menyatakan bahwa mereka memahaminya.
ü Keadaan kelas sedikit gelap dan panas. Mungkin
itu bisa menjadi faktor mengapa anak murid menjadi gelisah ditengah-tengah
pelajaran karena kondisi kelas yang tidak nyaman. Namun kelas tersebut bersih
dan tidak ada sampah yang menyebabkan terganggunya proses belajar mengajar
dikelas tersebut.
ü Keadaan diluar kelas lumayan kondusif sehingga
tidak mengganggu kelas yang kami observasi.
b)
Kelas IV Musa
ü Sama seperti kelas IV Kaleb sebelum memulai
pelajaran mereka melakukan ibadah dan juga ada sesi pertanyaan seputar materi
ibadah. Dan bagi siapa yang bisa menjawab akan diberikan reward.
ü Dalam proses belajar, guru memberi instruksi
kepada siswa untuk membuka buku.
ü Metode pembelajaran dikelas ini adalah Teacher
Oriented karena guru yang berpegang penuh dalam pemberian materi.
ü Saat menyampaikan materi sesekali guru tersebut
mengajukan pertanyaan kepada murid baik itu dengan menunjuk siswa, ataupun
menanyakan kepada seluruh siswa.
ü Siswa dikelas ini cukup aktif namun itu
membuat keadaan kelas menjadi kurang kondusif.
ü Saat proses belajar mengajar berlangsung, guru
dan murid juga membahas PR siswa pada minggu sebelumnya. Lalu guru juga
memberikan tugas kepada siswa untuk menguraikan materi yang sudah mereka bahas
tadi. Dan tidak lupa memberi kuis singkat. Namun ada juga beberapa siswa yang
belum sempat menyelesaikan tugas dan tidak dapat pertanyaan dari gurunya.
ü Kami mengambil sampel sebanyak 4 orang dari
kelas ini. Sebagian besar dari mereka sudah bisa memahami materi yang diberikan
oleh guru mereka.
c)
Kelas V Yesaya
ü Kelas tetap dimulai dengan ibadah terlebih
dahulu.
ü Di kelas tersebut sedang berlangsung kelas
praktek bahasa inggris.
ü Gaya penataan kelas berkelompok (Klaster)
ü Siswa dikelas tersebut berinteraksi dengan
guru dengan baik.
ü Guru memberlakukan sistem point, dimana point
tersebut mempengaruhi nilai.
ü Diterapkann juga sistem less point yaitu
mengurangi point apabila murid berbuat perlakuan negatif seperti ribut, ataupun
mengganggu murid lain.
ü Diterapkan sistem add point bagi siswa yang
sudah melakukan hal yang baik seperti berpakaian rapi, tidak berisik, atau
melakukan hal terpuji seperti memimpin doa.
ü Interaksi antar guru dan siswa sangat kompak.
Tidak ada rasa canggung.
ü Guru mempraktekan dan mengajarkan cara membuat
es coklat dengan baik dan ditiru murid dengan baik pula.
ü Kelas ditutup dengan doa.
d)
Kelas V Daniel
ü Kelas tetap dimulai dengan ibadah terlebih
dahulu.
ü Gaya penataan kelas adalah tatap muka karena
setiap meja berhadapan dan
dikelompokkan.
ü Situasi kelas bersih namun agak sedikit ribut
karena para murid yang aktif dan juga berdekatan dengan kelas lain sehingga
suara dari kelas lain dapat terdengar ke kelas tersebut. Para siswa juga banyak
yang sibuk denga kegiatan masing-masing sehingga bisa dinyatakan bahwa keadaan
kelas sangat tidak kondusif.
ü Guru menerapkan sistem reward dan punishment
dalam pengumpulan tugas. Guru juga menyuruh siswa yang tidak mengerjakan tugas
untuk maju kedepan dan guru bertanya pada mereka apa alasan mereka tidak
mengerjakan tugas.
ü Terjadi interaksi yang kurang baik antara guru
dan murid. Dapat dilihat dari banyaknya murid mengajukan pertanyaan langsung
kepada guru karena antusias dengan materi yang disampaikan. Tetapi guru dikelas
tersebut tidak terlalu peduli dengan keadaan kelas yang tenang atau tidak, guru
tersebut hanya fokus pada penyampaian materi.
ü Guru juga memberikan kesempatan kepada murid
untuk menjelaskan materi kepada temannya.
ü Pada saat proses pembelajaran terjadi, guru
memberikan tugas kepada murid setelah materi diajarkan. Guru juga tetap
mengontrol pekerjaan murid dikelas tersebut.
3.2 EVALUASI DATA
SD Methodist-An Pancur
Batu yang kami observasi memiliki manajemen kelas yang cukup baik. Dimana tata
ruang kelas yang baik, lingkungan sekolah dan ruangan kelas yang bersih dan
cukup memadai dan fasilitas yang baik. Tetapi, ada hal-hal yang kami pikir
memerlukan perhatian. Seperti, guru masih kerap lemah dalam menguasai kelas.
Hal ini berkaitan dengan adanya murid yang usil kepada murid lain dan juga
murid yang berantam. Seharusnya murid tersebut diberikan hukuman agar
memberikan efek jera kepadanya. Dan juga kelas yang terlalu rapat dan dinding
bangunan yang tidak terlalu tebal menyebabkan keributan yang di timbulkan oleh
sebuah kelas memberikan gangguan (suara bising) ke kelas lainnya.
3.3 TESTIMONI OBSERVASI
KELAS IV KALEB
1. Narulita Desi (16-177)
Observasi ke sekolah
adalah pengalaman yang baru untuk saya. Saya bisa berjumpa dengan orang-orang
baru, saya dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan orang baru, dan
mengajarkan kepada saya untuk membuat perencanaan yang baik ketika ingin
melakukan sesuatu.
2. Winika Deliana (16-193)
Menurut saya kelas yang
saya masuki belum terlalu kondusif. Masih banyak siswa yang jalan-jalan kesana
kemari dan guru belum bisa mengatur murid sepenuhnya. Bahkan saat siswa sudah
diberi sanksi oleh guru mereka seperti tidak mempedulikannya. Tapi ketika saya
tanya tentang pelajaran mereka cukup mengerti tentang materi yang diberikan
guru mereka. Mereka juga semangat ketika guru mereka mengajak mereka bermain
games ditengah-tengah proses belajar mengajar.
Tapi secara keseluruhan saya sangat
menikmati observasi tersebut. Karena saya bisa sekalian belajar bagaimana cara
mengendalikan kelas dengan baik dan benar, bagaimana cara menghadapi siswa, dan
bagaimana cara mengajar yang baik dan benar.
KELAS
IV MUSA
3.
Wina Audina (16-230)
Keadaan kelas yang saya masuki tidak terlalu kondusif,
ada anak yang tidak mengerjakan tugas dan ada juga yang tidak membawa buku. Ada
juga siswa yang memukul-mukul meja dan berjalan-jalan di kelas. Saat kelas
sedang membahas pelajaran si guru menyuruh siswa untuk kondusif dan kembali ke
masing-masing tempat ada yang mendengarkan tetapi ada juga yang tetap
melanjutkan kegiatan nya. Kemudian guru nya memberikan tugas yang harus
dikumpulkan hari itu juga, jika tidak selesai siswa tidak diperbolehkan
menggunakan jam istirahat. Beberapa saat setelah guru tersebut memberikan
tugas, para murid yang tadi tidak kondusif kembali ke tempat duduk nya
masing-masing dan mengerjakan tugas. Sebelum pelajaran berakhir, saya melakukan
sesi tanya jawab dengan 4 orang siswa mengenai pelajaran hari itu. Ada siswa
yang mengerti dengan pelajaran tersebut dan ada juga yang tidak menegerti,
terkhusus siswa yang tidak membawa buku pelajaran.
Setelah
melakukan observasi saya mendapatkan pengalaman yang sangat bermanfaat dan saya
juga menikmati kegiatan observasi yang kelompok saya lakukan.
4.
Dwifarilan Filadelfia S (16-213)
Melakukan observasi
terjun langsung ke sekolah, ini adalah yang pertama kali bagi saya. Ini adalah
pengalaman baru yang memberikan banyak pelajaran bagi sayaa. Saya tidak
menyangka secepat ini saya melakukan observasi ke sekolah. Saya sangat senang
melakukan observasi ini bersama-sama dengan kelompok sayaa. Mendapat banyak
pelajaran , bisa menyesuaikan diri dengan anak-anak karena kebetulan kami ke
sekolah dasar, dan berinteraksi dengan guru-guru di sekolah tersebut. Dan
observasi ini sangat berguna mengasah daya analisa saya dimana saya berpedoman
pada teori yang telah dipelajari di mata kuliah psikologi pendidikan.
Terimakasih saya ucapkan kepada dosen-dosen pengampu yang telah memberikan saya
banyak pelajaran dan memperoleh pengalaman baru.
KELAS V DANIEL
5. Ruth Tampubolon (16-192)
Menurut saya tugas
observasi ke sekolah sangat menyenangkan, karena saya banyak dapat pengalaman
baru dan saya dapat berinteraksi dengan orang orqang baru juga. Terimakasih
kepada dosen mata kuliah psikologi pendidikan yang sudah memberikan tugas ini.
6.
Prima Nikita (16-181)
Saya sangat berkesan dengan tugas observasi sekolah ini. Karna dari sini
saya belajar banyak, tentang hal bagaimana saya bisa menempatkan diri saya kepada
anak anak kecil dan ini menjadi pelajaran baik yang saya dapatkan di semester 2
di Psikologi.
KELAS
V YESAYA
7.
Esther Pasaribu (16-183)
Saya sangat senang sekali bisa melakukan observasi di sd methodist-An
Pancur Batu. Saya bisa mengetahui sistem pembelajaran dan tata ruang yang lebih
bervariasi
8.
Ruthwany (16-215)
Observasi yang saya lakukan sangat menyenangkan dan
bermanfaat bagi saya. Pada proses observasi yang kami lakukan banyak informasi
atau pengetahuan yang saya dapatkan, saya dapat mengamati kegiatan belajar
mengajar anak-anak, ada anak yanng kondusif juga ada anak yang tidak kondusif. Dan
lebih banyak mengenal kegiatan apa saja yang mereka lakukan saat di sekolah.
3.4
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, W. John.(2004). Psikologi
Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.