BAB 13
MOTIVASI, PENGAJARAN, DAN
PEMBELAJARAN
Apa Itu Motivasi?
Motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi
adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama.
Perspektif tentang Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara
yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat perspektif:
behavioral, humanistis,kognitif dan sosial.
•Perspektif Behavioral, menekankan
imbalan dan hubungan eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
Intensif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat
memotivasi perilaku murid.
•Perspektif Humanistis, menekankan
pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih
nasib mereka, dan kualitas positif.
•Perspektif Sosial, motif untuk
berhubungan dengan orang lain secara aman.
MOTIVASI UNTUK MERAIH
SESUATU
Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu
yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi
oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Pengalaman Optimal
Mihaly Csikszentmihalyi juga mengembangkan ide yang
relevan untuk memahami motivasi intrinsic. Dia mempelajari pengalaman optimal
dari orang-orang selama lebih dari dua dekade.
Proses Kognitif Lainnya
Diskusi tentang motivasi ekstrinsik dan intrinsic di
atas membuka jalan ke pengenalan proses kognitif lainnya yang terlibat dalam
memotivasi murid untuk belajar. Saat kita membahas empat proses kognitif
lainnya, perhatikan bahwa perbedaan motivasi ekstrinsik dan intrinsic tetap penting.
Atribusi, Teori Atribusi, menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku
atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab
yang mendasarinya. Atribusi adalah sebab-sebab yang dianggap menimbulkan hasil.
Motivasi
untuk Menguasai, yang berhubungan erat dengan ide tentang
motivasi intrinsik dan atribusi adalah konsep motivasi penguasaan (mastery motivation (Jennings & Dietz,
2002) ). Para periset menyebut penguasaan ini sebagai salah satu dari tiga
tipe orientasi prestasi: penguasaan, tak berdaya, dan kinerja. Anak dengan
orientasi untuk menguasai akan fokus pada tugas ketimbang pada kemampuan
mereka, punya sikap positif (menikmati tantangan), dan menciptakan strategi
berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka.
Orientasi
Tak Berdaya (helpless orientation) berfokus kepada
ketidakmampuan personal mereka, sering kali mereka mengatribusikan kesulitan
mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukkan sikap negatif (termasuk
kejemuan dan kecemasan).
Self
efficacy, (keyakinan diri sendiri) menurut Bandura,
yakni keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hal
positif. Bandura percaya bahwa self efficacy punya kesamaan dengan motivasi
untuk menguasai dan motivasi intrinsik. Self-efficacy adalah keyakinan bahwa
“aku bisa”, ketidakberdayaan adalah keyakinan bahwa “aku tidak bisa”
Kecemasan
dan Prestasi
Kecemasan
(anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak
jelas dan tidak menyenangkan. Normal jika murid kadang merasa cemas atau
khawatir saat menghadapi kesulitan di sekolah, seperti saat akan mengerjakan
ujian. Beberapa anak mengidap kecemasan tingkat tinggi lantaran orang tuanya
membebankan standar prestasi yang tidak realistis pada diri anak mereka. Banyak
anak yang merasa bertambah cemas saat mereka naik kelas, karena mereka
mengahdapi lebih banyak ulangan, perbandingan sosial, dan beberapa kegagalan.
MOTIVASI,
HUBUNGAN DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
Motif
Sosial
Motif
sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan
dunia sosial. Perhatian terhadap motif sosial muncul dari katalog kebutuhan
(atau motif) yang disusun Henry Murray (1938), yang mencakup kebutuhan akan afiliasi atau keterhubungan, yakni motif
untuk merasa cukup terhubung dengan orang lain. Kebutuhan ini membutuhkan
pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan yang akrab, hangat, dan
personal.
Hubungan
Sosial
Hubungan murid
dengan orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor, dan orang lain dapat
memengaruhi prestasi dan motivasi sosial mereka.
Sumber: Psikologi Pendidikan, John W. Santrock.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar