Daftar Blog Saya

Kamis, 06 April 2017

Motivasi, Pengajaran, dan Pembelajaran

BAB 13
MOTIVASI, PENGAJARAN, DAN PEMBELAJARAN

Apa Itu Motivasi?
            Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama.

Perspektif tentang Motivasi
            Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat perspektif: behavioral, humanistis,kognitif dan sosial.
            •Perspektif Behavioral, menekankan imbalan dan hubungan eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Intensif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid.
            •Perspektif Humanistis, menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif.
            •Perspektif Sosial, motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman.


MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU

Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).

Pengalaman Optimal
            Mihaly Csikszentmihalyi juga mengembangkan ide yang relevan untuk memahami motivasi intrinsic. Dia mempelajari pengalaman optimal dari orang-orang selama lebih dari dua dekade.

Proses Kognitif Lainnya
            Diskusi tentang motivasi ekstrinsik dan intrinsic di atas membuka jalan ke pengenalan proses kognitif lainnya yang terlibat dalam memotivasi murid untuk belajar. Saat kita membahas empat proses kognitif lainnya, perhatikan bahwa perbedaan motivasi ekstrinsik dan intrinsic tetap penting.
Atribusi, Teori Atribusi, menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Atribusi adalah sebab-sebab yang dianggap menimbulkan hasil.

Motivasi untuk Menguasai, yang berhubungan erat dengan ide tentang motivasi intrinsik dan atribusi adalah konsep motivasi penguasaan (mastery motivation (Jennings & Dietz, 2002) ). Para periset menyebut penguasaan ini sebagai salah satu dari tiga tipe orientasi prestasi: penguasaan, tak berdaya, dan kinerja. Anak dengan orientasi untuk menguasai akan fokus pada tugas ketimbang pada kemampuan mereka, punya sikap positif (menikmati tantangan), dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka.

Orientasi Tak Berdaya (helpless orientation) berfokus kepada ketidakmampuan personal mereka, sering kali mereka mengatribusikan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukkan sikap negatif (termasuk kejemuan dan kecemasan).

Self efficacy, (keyakinan diri sendiri) menurut Bandura, yakni keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hal positif. Bandura percaya bahwa self efficacy punya kesamaan dengan motivasi untuk menguasai dan motivasi intrinsik. Self-efficacy adalah keyakinan bahwa “aku bisa”, ketidakberdayaan adalah keyakinan bahwa “aku tidak bisa”

Kecemasan dan Prestasi
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Normal jika murid kadang merasa cemas atau khawatir saat menghadapi kesulitan di sekolah, seperti saat akan mengerjakan ujian. Beberapa anak mengidap kecemasan tingkat tinggi lantaran orang tuanya membebankan standar prestasi yang tidak realistis pada diri anak mereka. Banyak anak yang merasa bertambah cemas saat mereka naik kelas, karena mereka mengahdapi lebih banyak ulangan, perbandingan sosial, dan beberapa kegagalan.


MOTIVASI, HUBUNGAN DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL

Motif Sosial
            Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan dunia sosial. Perhatian terhadap motif sosial muncul dari katalog kebutuhan (atau motif) yang disusun Henry Murray (1938), yang mencakup kebutuhan akan afiliasi atau keterhubungan, yakni motif untuk merasa cukup terhubung dengan orang lain. Kebutuhan ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan yang akrab, hangat, dan personal.

Hubungan Sosial
            Hubungan murid dengan orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor, dan orang lain dapat memengaruhi prestasi dan motivasi sosial mereka.

Sumber: Psikologi Pendidikan, John W. Santrock.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar